Kilang minyak (oil refinery) adalah industri yang mengolah minyak mentah dan menyulingkan sehingga menjadi bahan bakar siap pakai seperti bensin, minyak nafta, bensin (gasoline), bahan bakar diesel, minyak tanah (kerosene), dan elpiji.
Dalam artikel ini kita akan membahas apa saja risiko bahaya dalam industri kilang minyak baik untuk manusia maupun lingkungan.
Sebanding dengan produk akhir yang dihasilkan, risiko kerja di kilang minyak juga sangat tinggi. Karena itu, penerapan standar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menjadi keharusan untuk melindungi pekerja sekaligus menjaga lingkungan sekitar.
Dalam pabrik kilang minyak termasuk dalam fasilitas dengan tingkat polusi paling tinggi dalam industri migas, meliputi pencemaran udara, air, maupun tanah. Proses penyulingan yang kompleks melibatkan berbagai tahapan berisiko, sehingga pekerja kilang menghadapi potensi cedera serius hingga kematian akibat kecelakaan dan kegagalan peralatan.
Kompleksitas proses produksi, penggunaan bahan kimia berbahaya, serta skala operasi yang besar membuat identifikasi dan pengendalian risiko harus dilakukan secara menyeluruh sejak awal.
Baca juga: Mengenal Industri Kilang Minyak: Proses Kerja, Titik Rawan, dan Risiko Keselamatan Kerja
Kebocoran gas merupakan salah satu risiko paling kritis di kilang migas karena dapat mengandung gas beracun seperti H₂S atau CO, maupun gas mudah terbakar. Insiden ini seringkali sulit terdeteksi secara visual sehingga pekerja berisiko terpapar tanpa disadari.
Paparan gas beracun dapat menimbulkan dampak langsung pada kesehatan, sementara gas mudah terbakar dapat memicu kebakaran atau ledakan.
Mitigasi dilakukan dengan penggunaan portable gas detector untuk pekerja lapangan serta fixed gas detector di area-area rawan kebocoran guna memberikan peringatan dini sebelum kondisi menjadi darurat.
Uap hidrokarbon dan solvent yang terkumpul di area tertutup dapat menimbulkan potensi ledakan bila bercampur dengan oksigen dan terpicu sumber api. Ledakan tidak hanya merusak fasilitas tetapi juga dapat menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar.
Mitigasi meliputi pemasangan sistem deteksi gas, ventilasi yang memadai untuk mencegah akumulasi uap, serta penerapan hot work permit yang ketat agar pekerjaan dengan sumber panas tidak dilakukan sembarangan.
Di kilang minyak, api dapat muncul dalam dua kondisi. Pertama, api terkontrol pada flare stack, yaitu sistem keselamatan yang membakar kelebihan gas hidrokarbon agar tidak menumpuk dan memicu ledakan maupun pencemaran lingkungan. Kedua, api yang tidak diinginkan akibat kebakaran industri, biasanya dipicu oleh percikan saat pemeliharaan, kegagalan peralatan, atau reaksi kimia yang tidak terkendali.
Karena kilang menyimpan dan mengolah bahan bakar serta bahan kimia dalam jumlah besar, kebakaran di area proses dapat dengan cepat meluas, mengancam keselamatan pekerja sekaligus mengganggu keberlangsungan operasional.
Upaya mitigasi dilakukan melalui penerapan fire & gas system, flame detector, penyediaan APAR dan hydrant di titik kritis, serta pelatihan tanggap darurat agar pekerja mampu merespons cepat sebelum api berkembang menjadi insiden besar.
Asam, basa, dan bahan kimia korosif lain yang umum digunakan dalam proses kilang dapat menyebabkan luka bakar serius jika terkena kulit atau mata. Selain itu, paparan jangka panjang dapat merusak kesehatan pekerja dan mempercepat degradasi peralatan.
Mitigasi melibatkan penggunaan APD yang sesuai, seperti sarung tangan kimia, goggles, dan coverall tahan bahan kimia, serta prosedur penanganan bahan berbahaya yang ketat.
Tangki penyimpanan dan unit proses dalam kilang memiliki risiko overpressure akibat kegagalan sistem kontrol atau akumulasi reaksi kimia. Jika tidak terkontrol, kondisi ini dapat menimbulkan ledakan yang merusak fasilitas dan membahayakan pekerja.
Mitigasi dilakukan dengan memasang safety valve dan pressure relief system yang dirawat secara berkala, serta melakukan inspeksi rutin untuk memastikan keandalan sistem tekanan.
Peralatan seperti pompa, kompresor, dan turbin di kilang migas menghasilkan tingkat kebisingan yang tinggi dan dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen jika pekerja terpapar terus-menerus. Risiko ini sering kali terabaikan karena efeknya tidak langsung dirasakan.
Mitigasi dilakukan dengan penggunaan ear plug atau ear muff, pembatasan waktu kerja di area bising, serta rotasi pekerja untuk mengurangi paparan.
Area proses kilang kerap memiliki suhu lingkungan tinggi akibat panas dari peralatan maupun iklim tropis. Pekerja berisiko mengalami heat stress, dehidrasi, bahkan luka bakar termal jika tidak dilindungi dengan baik.
Mitigasi meliputi penerapan hydration plan, penyediaan area istirahat berpendingin, serta penggunaan APD tahan panas bagi pekerja yang bertugas di area berisiko.
Instalasi listrik tegangan tinggi di kilang menimbulkan bahaya sengatan listrik dan arc flash yang dapat berakibat fatal. Arc flash juga bisa memicu kebakaran apabila terjadi di area dengan uap mudah terbakar.
Mitigasi mencakup penerapan prosedur Lock Out Tag Out (LOTO), inspeksi kabel dan panel secara rutin, serta penggunaan APD khusus tahan listrik saat melakukan pekerjaan pemeliharaan.
Mesin berputar seperti pompa, kompresor, dan turbin memiliki potensi menjerat pakaian atau anggota tubuh pekerja. Kecelakaan mekanis dapat mengakibatkan cedera serius atau amputasi.
Mitigasi dilakukan dengan pemasangan guarding peralatan, penggunaan safety interlock, serta memastikan pekerja mendapatkan pelatihan operasional yang memadai.
Pekerjaan inspeksi atau perawatan di tangki, flare stack, maupun pipa elevated sering melibatkan risiko jatuh dari ketinggian. Insiden ini dapat berakibat fatal bila tidak menggunakan proteksi memadai.
Mitigasi mencakup penggunaan full body harness, pemasangan scaffolding sesuai standar, serta pelatihan work at height untuk semua pekerja terkait.
Jaringan pipa di kilang minyak berfungsi menyalurkan hidrokarbon, gas beracun, maupun steam antarunit proses, termasuk kolom distilasi. Karena membawa fluida bertekanan tinggi, pipa memiliki potensi kebocoran akibat korosi, getaran, atau kegagalan mekanis. Insiden kebocoran dapat menimbulkan konsekuensi serius, mulai dari paparan beracun hingga kebakaran dan ledakan yang mengancam pekerja serta keberlangsungan operasional.
Mitigasi dilakukan melalui penerapan pipeline integrity management, inspeksi berkala menggunakan metode NDT, serta pemasangan fixed gas detector pada area strategis sepanjang jalur pipa untuk deteksi dini kebocoran.
Struktur seperti tangki, pipa elevated, atau peralatan berat dapat runtuh akibat korosi, beban berlebih, atau gempa bumi. Risiko ini membahayakan pekerja dan dapat menghentikan operasi.
Mitigasi mencakup inspeksi non-destructive test (NDT), pemeliharaan preventif, dan pengawasan kualitas material sejak tahap konstruksi.
Tumpahan minyak atau bahan kimia dari proses kilang berpotensi mencemari tanah dan air, serta memicu kebakaran. Dampak lingkungan ini juga berisiko menimbulkan sanksi hukum dan merusak reputasi perusahaan.
Mitigasi meliputi penyediaan spill kit, penggunaan oil boom, serta penerapan secondary containment di sekitar tangki dan fasilitas penyimpanan.
Beberapa unit kilang menggunakan sumber radiasi untuk pengukuran level atau inspeksi radiografi. Paparan radiasi yang tidak terkontrol dapat membahayakan kesehatan pekerja.
Mitigasi dilakukan dengan pembatasan area kerja, penggunaan dosimeter pribadi, serta penerapan izin kerja khusus untuk pekerjaan dengan risiko radiasi.
Pekerja kilang sering melakukan pengangkatan manual, bekerja dalam posisi tidak ergonomis, atau berulang kali melakukan gerakan tertentu. Hal ini meningkatkan risiko cedera otot dan tulang.
Mitigasi dilakukan dengan pelatihan ergonomi, penggunaan alat bantu angkat, serta rotasi pekerjaan untuk mengurangi tekanan berulang.
Tangki penyimpanan dan ruang terbatas lainnya memiliki risiko kekurangan oksigen, akumulasi gas beracun, atau potensi ledakan. Pekerjaan di confined space merupakan salah satu aktivitas paling berbahaya di kilang.
Mitigasi mencakup penggunaan multi-gas detector sebelum dan selama pekerjaan, ventilasi paksa (forced ventilation), serta penerapan permit confined space.
Baca juga: Menghindari Kecelakaan Kerja dan Bahaya Confined Spaces
Mobilisasi kendaraan operasional, forklift, dan alat berat di dalam area kilang menimbulkan potensi kecelakaan lalu lintas internal. Kondisi ini bisa diperburuk oleh keterbatasan ruang dan padatnya aktivitas.
Mitigasi dilakukan dengan pemasangan rambu dan jalur khusus kendaraan, pembatasan kecepatan, serta pelatihan defensive driving bagi pengemudi.
Jam kerja panjang, beban mental tinggi, dan kondisi lapangan yang berat dapat menyebabkan stress dan kelelahan. Faktor ini meningkatkan kemungkinan human error yang berujung pada kecelakaan.
Mitigasi meliputi pengaturan shift kerja, program employee assistance, serta promosi kesehatan mental dan fisik di lingkungan kerja.
Pekerjaan pengelasan (welding) dan aktivitas hot work lainnya menghasilkan percikan api dan asap logam (fume) yang berbahaya. Aktivitas ini sangat berisiko bila dilakukan di area dengan gas mudah terbakar.
Mitigasi mencakup penerapan permit to work, pengawasan oleh fire watch, serta penggunaan respirator khusus untuk pekerja.
LNG dan LPG yang disimpan pada kondisi kriogenik memiliki potensi kebocoran yang berbahaya. Selain risiko kebakaran dan ledakan, paparan kriogenik juga dapat menyebabkan cedera dingin pada pekerja.
Mitigasi dilakukan dengan pemasangan gas detector, kontrol suhu dan tekanan, serta perawatan berkala pada sistem penyimpanan.
Sistem cooling tower dapat menjadi sarang bakteri berbahaya seperti Legionella, yang menimbulkan risiko kesehatan bagi pekerja dan lingkungan. Risiko ini sering kali tidak disadari karena bersifat biologis.
Mitigasi dilakukan dengan water treatment berkala, monitoring kualitas air, serta pembersihan sistem pendingin sesuai standar.
Transfer bahan bakar cair dapat menimbulkan muatan listrik statis yang berpotensi menimbulkan percikan api. Dalam kondisi tertentu, hal ini cukup untuk memicu kebakaran atau ledakan.
Mitigasi melibatkan sistem grounding dan bonding yang tepat, serta prosedur transfer bahan bakar yang aman.
Sebagai objek vital nasional, kilang migas berisiko menjadi target terorisme atau sabotase. Ancaman ini tidak hanya menimbulkan kerugian material, tetapi juga berdampak pada keamanan nasional.
Mitigasi mencakup peningkatan sistem keamanan perimeter, kontrol akses yang ketat, serta koordinasi dengan aparat keamanan negara.
Aliran balik dalam sistem proses dapat menyebabkan kontaminasi bahan, overpressure, atau kegagalan peralatan. Risiko ini dapat berdampak pada kualitas produk dan keselamatan instalasi.
Mitigasi dilakukan dengan pemasangan check valve dan sistem isolasi ganda untuk mencegah terjadinya aliran balik yang tidak diinginkan.
Sistem darurat seperti alarm, detektor gas, atau fire suppression system berfungsi sebagai garis pertahanan terakhir. Jika gagal beroperasi saat insiden, konsekuensinya bisa sangat fatal.
Mitigasi mencakup pengujian berkala, perawatan sistem Fire & Gas System (FGS), serta audit keandalan peralatan darurat untuk memastikan sistem selalu siap pakai.
Baca juga: Potensi Kebocoran Gas Berbahaya di Area Tambang Pengeboran dan Cara Mengatasinya
Operasi kilang minyak merupakan aktivitas dengan tingkat risiko tinggi, sehingga dibutuhkan sistem proteksi yang komprehensif. Proteksi ini tidak hanya terbatas pada aspek teknis seperti peralatan dan sistem otomatis, tetapi juga mencakup prosedur kerja, manajemen risiko, hingga kesiapsiagaan pekerja. Dengan penerapan sistem proteksi yang menyeluruh, potensi kecelakaan dapat ditekan seminimal mungkin sekaligus menjaga keberlangsungan operasi kilang.
Beberapa sistem proteksi penting yang wajib ada di kilang minyak antara lain:
Tanpa integrasi dari berbagai proteksi ini, kilang minyak akan sangat rentan terhadap kecelakaan besar yang bisa berdampak pada pekerja, aset, maupun lingkungan.
Baca juga: 10 Panduan Lengkap Cara Memilih Gas Detector Terbaik
Tonton video tentang Jenis & Tipe Gas Detector yang Wajib Dipasang di Kilang Minyak dari channel Gas Detector TV, yuk!
Kilang minyak membutuhkan gas detector dengan sensitivitas tinggi, daya tahan kuat, serta sertifikasi internasional yang sesuai untuk area berbahaya (hazardous area). Beberapa kategori produk yang direkomendasikan antara lain:
Gas beracun maupun gas mudah terbakar merupakan ancaman serius di kilang minyak, di mana kebocoran yang tidak terdeteksi dapat berujung pada keracunan, kebakaran, hingga ledakan. Karena itu, penggunaan gas detector menjadi lapisan proteksi vital yang memastikan pekerja memiliki waktu reaksi untuk mencegah kecelakaan. Agar hasil deteksi selalu akurat, perangkat perlu dikalibrasi rutin sesuai standar KAN ISO 17025.
PT Adhigana Perkasa Mandiri sebagai Distributor Gas Detector terbesar di Indonesia menghadirkan pilihan portable, fix, hingga transportable gas detector, flame dan smoke detector terbaik, lengkap dengan layanan kalibrasi bersertifikat.
Hubungi tim kami untuk mendapatkan solusi deteksi gas terbaik yang sesuai dengan kebutuhan operasional Anda.
Referensi: