
Pada tahun 1890 alarm kebakaran listrik otomatis pertama dikenal sebagai “Red Flag Alarm” yang dikembangkan oleh Fernando J. Dibble dan Francis Robbins Upton. Dimana menggunakan detektor termal dan lonceng. Kemudian pada tahun 1902, George Andrew Darby mematenkan smoke detector yang menggunakan serangkaian tabung dan mekanisme beliung untuk mendeteksi keberadaan asap. Pada tahun 1930-an dan 1940-an, ada beberapa penemuan dari Walter Jaeger, Samuel Ruben, dan Harold Brown yang mengembangkan smoke detector berdasarkan prinsip ionisasi.
Baca juga : Heat Detector vs Smoke Detector: Perbedaan, Kelebihan, dan Penggunaan Terbaik
Smoke detector adalah perangkat yang dibuat khusus untuk mendeteksi asap di dalam ruangan. Deteksi asap berperan krusial dalam memberikan peringatan dini terhadap kebakaran.
Dalam pengelolaan gedung, penggunaan detektor kebakaran sangat penting untuk mencegah insiden kebakaran yang bisa mengancam nyawa dan harta benda. Namun, smoke detector tidak hanya digunakan di gedung-gedung, tetapi juga bisa dipasang di rumah-rumah. Umumnya ada dua jenis utama smoke detector yang umum digunakan: ionisasi dan fotoelektrik.
Sesuai dengan namanya, alat ini bertujuan untuk mendeteksi asap, fungsi lainnya yaitu:
Perangkat detektor asap memiliki komponen sensor yang cukup peka terhadap partikel asap.Kedua jenis sensor tersebut bekerja dengan cara berikut ini.
Note: Kedua jenis detektor ini sangat efektif dalam mendeteksi asap, namun beberapa ahli merekomendasikan untuk menggunakan kombinasi keduanya untuk perlindungan maksimal.
Ketika sensor smoke detector mendeteksi partikel asap yang telah mencapai batas tertentu, alarm akan menyala. Alarm ini bisa berupa suara keras yang berulang-ulang atau sinyal yang dikirim ke sistem alarm kebakaran yang lebih besar.
Smoke detector dapat dihubungkan dengan sistem fire alarm yang lebih besar. Informasi mengenai keberadaan asap dari smoke detector akan disampaikan ke control panel untuk memicu respons kebakaran yang tepat, seperti:
Mengutip dari bromindo, smoke detector bekerja melalui dua cara yaitu ionization dan photoelectric.

Penjelasan:

Penjelasan:
Baca juga : Gas Detector: Menghindari Kecelakaan Kerja di Confined Spaces (e.g. Kontainer Limbah)
Pemasangan smoke detector juga memiliki aturan yang perlu Anda ikuti agar fungsinya optimal. Berikut adalah beberapa panduan umum mengenai jarak pemasangan smoke detector:
Pasang setidaknya satu smoke detector di setiap lantai rumah, termasuk basement dan loteng.
Pasang smoke detector di luar setiap area tidur dan di dalam setiap kamar tidur jika memungkinkan.
Idealnya, smoke detector dipasang setiap 9 meter di sepanjang koridor atau area yang luas. Jika ruangan lebih kecil, pastikan setiap area memiliki detektor yang terpasang dengan jarak maksimum 9 meter.
Hindari memasang smoke detector terlalu dekat dengan dapur atau kamar mandi, karena asap masakan atau uap bisa memicu alarm palsu. Jarak ideal adalah sekitar 3 meter dari area ini.
Baca juga : Berapa Lama Detektor Asap (Smoke Detector) Dapat Bertahan?
Baik smoke detector ionization dan photoelectric merupakan salah satu upaya pencegahan untuk melindungi aset perusahaan dan jiwa terancam karena kebakaran. Namun, Anda juga harus memastikan bahwa produk smoke detector yang akan dipilih, harusnya produk yang berkualitas internasional. Sehingga produk tersebut bisa bekerja secara optimal.
Sedang mencari harga smoke detector Notifier yang kompetitif? PT Adhigana Perkasa Mandiri adalah solusinya! Kami menawarkan detektor asap unggulan, seperti detektor asap 711U dari Kidde Fire Systems atau Notifier Photoelectric Smoke Detector Addressable FSP-851d dari Honeywell, yang sudah diakui kualitasnya.
Referensi: